Wednesday, October 17, 2012

Catatan Yang Tersimpan

Sudah cukup lama saya tidak memposting tulisan di blog. Hmmm...benar-benar nggak terurus blog saya ini. Jujur saja nih, sekarang-sekarang ini saya memang nggak punya terlalu banyak waktu luang lagi untuk sekadar berleha-leha bikin tulisan. Bukan hanya karena terbatas waktu saja, kadang bingung juga mau posting tulisan apa. Ide juga lebih seringnya mandeg.hadeeh...

Bener-bener nih harus diagendakan menabung buat beli buku-buku penuh gizi nan kece. Biar otak nggak gariiiing.


Oia, bro-sist... Barusan saya iseng-iseng nih membuka-buka file di laptop dan nemu sebuah tulisan yang saya tulis tepat 2 tahun yang lalu (lebih tepatnya sih lagi dua tahun lebih sehari). Kebetulan tulisannya belum saya posting di blog karena memang waktu itu saya belum nge-blog kayak sekarang ini.


Oke deh, biar nggak kelamaan segini aja pembukaannya ya. Selanjutnya silakan dilanjutkan bacanya bagi yang berminat baca tulisan di bawah ini. Tulisannya saya kasih judul: MENGENANGMU IBU 


***



Alhamdulillah... Tepat hari ini adalah hari dimana saya berulang tahun. Kata saudara-saudara saya, hari ini (16 Oktober 2010) atau 22 tahun  yang lalu (16 Oktober 1988) adalah hari di mana saya dilahirkan dari pasangan Nining (Almh.) dan Hadriaman. Saya terlahir dari keluarga guru. Ayah guru, ibu kandung seorang  guru, ibu yang sekarang (ibu tiri) juga guru, kakek pun seorang pensiunan guru. Dan sekarang tradisi guru sepertinya akan berlanjut karena sodara-sodara saya pun kebanyakan  kuliahnya di jurusan keguruan. Di antara anggota keluarga yang saya sebutkan tadi,, yang pasti sosok ibu-lah yang selalu teringat di saat hari berulang tahun. Siapa lagi?? Meski sosok ayah pun mungkin terlintas, tapi jujur sosok ibu-lah yang selalu hinggap di benak saya ini di saat saya melewati tahun demi tahun pada tanggal kelahiran saya. Akan tetapi, entah…saya harus bilang apa tentang ibu kandung saya ini. Karena jujur, saya sendiri tidak begitu mengenal sosok ibu kandung. Saya hanya sebatas mendengar cerita-cerita tentang ibu kandung saya ini dari nenek dan kerabat terdekat saja. Ya…beginilah saya, seorang anak yang tidak mengenal sosok ibu kandung. Menurut cerita mereka, ibu kandung saya meninggal dunia pada saat saya masih bayi. Di saat saya masih berusia dalam hitungan bulan. Dan memang itu benar adanya. Saya mengetahui hal itu karena pas usia saya (mungkin sekitar) 5 atau 6 tahunan,  nenek saya  sesekali suka bercerita tentang ibu kandung saya. Bahkan untuk yang pertama kalinya, pernah suatu saat nenek atau bibi -- (entah siapa waktu itu yang mengajak, saya sudah lupa)--membawa saya ke tempat ibu kandung saya disemayamkan. Tempatnya sendiri tidak terlalu jauh dari rumah. Relative dekat. “den, ieu teh makam mamah”. Begitu katanya. Ah…tapi waktu itu saya masih polos, saya tidak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa terdiam layaknya saya yang waktu itu memang masih anak kecil. Tapi waktu itu saya sudah mengerti bahwa yang ditunjukkan itu adalah sebuah kuburan, tempat dimana orang yang sudah meninggal disemayamkan. Saya perhatikan kuburan itu. Iya…inilah kuburan ibu kandung saya. Sebongkah kuburan yang sudah agak kusam, sebongkah kuburan yang sudah kurang terawat. Sebongkah kuburan yang setelah saya sekolah, saya baru bisa membaca tulisan yang ada batu nisannya itu. Nisannya bertuliskan NAMA IBU KANDUNG SAYA BINTI MUSKAL  tertanggal 22-01-1989, begitu bunyi tulisan itu. Bisa dihitung dari tanggal saya lahir, tanggal tersebut menunjukkan usia saya (waktu ibu saya meninggal) masih sekitar 3 bulan 6 hari.
                Waktu bergerak begitu cepat, tanpa mau menunggu, tanpa kompromi, terus…dan terus berjalan. Kadang saya merasa lelah, merasa capek, karena merasa sudah sangat jauh sekali berjalan, jauh berjalan menyusuri jalan kehidupan ini. Tanpa saya sadari, tiba-tiba saya sudah menjadi seperti sekarang ini. Seperti saat sekarang saya menulis catatan ini. Banyak kenangan teringat dan banyak kenangan yang terlupa. Peristiwa demi peristiwa datang dan pergi, ada yang memilukan, ada yang menyenangkan. Tapi sudahlah…itu semua hanyalah peristiwa. Peristiwa yang baik ataupun yang buruk semoga bisa saya jadikan pelajaran untuk masa-masa sekarang dan seterusnya. Semoga sisa usia saya bermanfaat, dan semoga tidak mengecewakan kedua orang tua saya. Setidaknya harapan mereka agar saya bisa lulus kuliah  bisa kesampaian. hmm…seandainya saya bisa mengecup tangan ibu kandung saya, saya akan pinta doa-doanya. Karena yang saya tahu doa ibu kandung itu sangat dekat untuk dikabulkan oleh-Nya. Berbahagialah yang masih mempunyai ibu kandung. Bisa bercerita dan yang pasti bisa merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya. Di dunia ini mungkin tidak sedikit yang senasib dengan saya. Positif thinking sajalah. Ini pasti yang terbaik untuk saya dan saya akan belajar untuk ikhlas. T_T
                Sebuah pesan nasihat seorang sahabat kepada temannya yang sedang berulang tahun mengatakan:
“….ingatlah usiamu, ingatlah matimu, ingatlah tujuan hidupmu, ingatlah dunia ini hanyalah titipan, hanya tempatmu mencari bekal yang akan kau jalani nanti. Berusahalah untuk duniamu seakan dirimu akan hidup selamanya dan berusahalah untuk akhiratmu seakan dirimu mati esok hari…”. Hmmm…nasihat yang bikin saya merinding karena sejauh ini saya belum melakukan apa-apa untuk hidup saya, (T_T). Mengutip kata-kata Pramoedya Ananta Toer dalam salah satu karya sastra-nya yang cukup terkenal mengatakan bahwa: “ Apa sesungguhnya yang telah engkau raih dalam hidupmu yang pendek?” Saya jadi malu pada diri sendiri. Entah harus menjawab apa untuk pertanyaan yang sederhana itu. Semoga saja saya bisa menjadi hamba-Nya yang senantiasa memperbaiki diri, terus belajar, pandai bersyukur, dan senantiasa mengingati serta mempersiapkan diri untuk  kehidupan yang sesungguhnya kelak di kampung akhirat. Amin…
                Sebuah puisi yang untuk orang yang saya sayangi, untuk seseorang yang belum pernah saya melihatnya, untuk orang yang telah berjasa dalam hidup saya ini. Puisi ini hanya untukmu ibu.

MENGENANGMU….IBU
Ibu…
Terima kasih aku ucapkan kepadamu…
Meski aku tak pernah melihatmu,
Namamu terukir indah di hati ini…
Ibu…
Ingin aku melihat senyummu
Ingin aku mengecup tanganmu
Ingin aku menyapamu
Ingin aku memelukmu
Tapi aku tidak bisa
Karena  takdir telah berkata lain
Semoga engkau bahagia di sisi-Nya
Ibu…
Aku mencintaimu
Aku rindu padamu
Semoga engkau tersenyum bahagia di sana…
Karena pengorbanan besarmu, kini aku bisa hidup…
Ibu…
Maafkan aku
Yang tak bisa membalas sedikitpun pengorbananmu itu….
Ibu….
doaku selalu untukmu…


Demikian sajalah catatan untuk kesempatan kali ini.  Terima kasih saya ucapkan buat temen-temen yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca catatan nggak bermutu ini. Semoga bisa diambil hikmahnya.  
(Denny  Setiawan___16 Oktober 2010)




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
a>