Bener-bener nih harus diagendakan menabung buat beli buku-buku penuh gizi nan kece. Biar otak nggak gariiiing.
Oia, bro-sist... Barusan saya iseng-iseng nih membuka-buka file di laptop dan nemu sebuah tulisan yang saya tulis tepat 2 tahun yang lalu (lebih tepatnya sih lagi dua tahun lebih sehari). Kebetulan tulisannya belum saya posting di blog karena memang waktu itu saya belum nge-blog kayak sekarang ini.
Oke deh, biar nggak kelamaan segini aja pembukaannya ya. Selanjutnya silakan dilanjutkan bacanya bagi yang berminat baca tulisan di bawah ini. Tulisannya saya kasih judul: MENGENANGMU IBU
***
Alhamdulillah... Tepat hari ini adalah hari dimana saya berulang tahun. Kata saudara-saudara saya, hari ini (16 Oktober 2010) atau 22 tahun yang lalu (16 Oktober 1988) adalah hari di mana saya dilahirkan dari pasangan Nining (Almh.) dan Hadriaman. Saya terlahir dari keluarga guru. Ayah guru, ibu kandung seorang guru, ibu yang sekarang (ibu tiri) juga guru, kakek pun seorang pensiunan guru. Dan sekarang tradisi guru sepertinya akan berlanjut karena sodara-sodara saya pun kebanyakan kuliahnya di jurusan keguruan. Di antara anggota keluarga yang saya sebutkan tadi,, yang pasti sosok ibu-lah yang selalu teringat di saat hari berulang tahun. Siapa lagi?? Meski sosok ayah pun mungkin terlintas, tapi jujur sosok ibu-lah yang selalu hinggap di benak saya ini di saat saya melewati tahun demi tahun pada tanggal kelahiran saya. Akan tetapi, entah…saya harus bilang apa tentang ibu kandung saya ini. Karena jujur, saya sendiri tidak begitu mengenal sosok ibu kandung. Saya hanya sebatas mendengar cerita-cerita tentang ibu kandung saya ini dari nenek dan kerabat terdekat saja. Ya…beginilah saya, seorang anak yang tidak mengenal sosok ibu kandung. Menurut cerita mereka, ibu kandung saya meninggal dunia pada saat saya masih bayi. Di saat saya masih berusia dalam hitungan bulan. Dan memang itu benar adanya. Saya mengetahui hal itu karena pas usia saya (mungkin sekitar) 5 atau 6 tahunan, nenek saya sesekali suka bercerita tentang ibu kandung saya. Bahkan untuk yang pertama kalinya, pernah suatu saat nenek atau bibi -- (entah siapa waktu itu yang mengajak, saya sudah lupa)--membawa saya ke tempat ibu kandung saya disemayamkan. Tempatnya sendiri tidak terlalu jauh dari rumah. Relative dekat. “den, ieu teh makam mamah”. Begitu katanya. Ah…tapi waktu itu saya masih polos, saya tidak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa terdiam layaknya saya yang waktu itu memang masih anak kecil. Tapi waktu itu saya sudah mengerti bahwa yang ditunjukkan itu adalah sebuah kuburan, tempat dimana orang yang sudah meninggal disemayamkan. Saya perhatikan kuburan itu. Iya…inilah kuburan ibu kandung saya. Sebongkah kuburan yang sudah agak kusam, sebongkah kuburan yang sudah kurang terawat. Sebongkah kuburan yang setelah saya sekolah, saya baru bisa membaca tulisan yang ada batu nisannya itu. Nisannya bertuliskan NAMA IBU KANDUNG SAYA BINTI MUSKAL tertanggal 22-01-1989, begitu bunyi tulisan itu. Bisa dihitung dari tanggal saya lahir, tanggal tersebut menunjukkan usia saya (waktu ibu saya meninggal) masih sekitar 3 bulan 6 hari.
Waktu bergerak begitu cepat, tanpa mau menunggu, tanpa kompromi, terus…dan
terus berjalan. Kadang saya merasa lelah, merasa capek, karena merasa sudah
sangat jauh sekali berjalan, jauh berjalan menyusuri jalan kehidupan ini. Tanpa
saya sadari, tiba-tiba saya sudah menjadi seperti sekarang ini. Seperti saat
sekarang saya menulis catatan ini. Banyak kenangan teringat dan banyak kenangan
yang terlupa. Peristiwa demi peristiwa datang dan pergi, ada yang memilukan,
ada yang menyenangkan. Tapi sudahlah…itu semua hanyalah peristiwa. Peristiwa
yang baik ataupun yang buruk semoga bisa saya jadikan pelajaran untuk masa-masa
sekarang dan seterusnya. Semoga sisa usia saya bermanfaat, dan semoga tidak
mengecewakan kedua orang tua saya. Setidaknya harapan mereka agar saya bisa
lulus kuliah bisa kesampaian. hmm…seandainya saya bisa mengecup tangan
ibu kandung saya, saya akan pinta doa-doanya. Karena yang saya tahu doa ibu
kandung itu sangat dekat untuk dikabulkan oleh-Nya. Berbahagialah yang masih
mempunyai ibu kandung. Bisa bercerita dan yang pasti bisa merasakan hangatnya
kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya. Di dunia ini mungkin tidak sedikit
yang senasib dengan saya. Positif thinking sajalah. Ini pasti yang
terbaik untuk saya dan saya akan belajar untuk ikhlas. T_T
Sebuah pesan nasihat seorang sahabat kepada temannya yang sedang berulang tahun
mengatakan:
“….ingatlah usiamu, ingatlah
matimu, ingatlah tujuan hidupmu, ingatlah dunia ini hanyalah titipan, hanya
tempatmu mencari bekal yang akan kau jalani nanti. Berusahalah untuk duniamu
seakan dirimu akan hidup selamanya dan berusahalah untuk akhiratmu seakan
dirimu mati esok hari…”. Hmmm…nasihat yang bikin saya merinding karena sejauh
ini saya belum melakukan apa-apa untuk hidup saya, (T_T). Mengutip kata-kata
Pramoedya Ananta Toer dalam salah satu karya sastra-nya yang cukup terkenal
mengatakan bahwa: “ Apa sesungguhnya yang telah engkau raih dalam hidupmu yang
pendek?” Saya jadi malu pada diri sendiri. Entah harus menjawab apa untuk
pertanyaan yang sederhana itu. Semoga saja saya bisa menjadi hamba-Nya yang
senantiasa memperbaiki diri, terus belajar, pandai bersyukur, dan senantiasa
mengingati serta mempersiapkan diri untuk kehidupan yang sesungguhnya
kelak di kampung akhirat. Amin…
Sebuah puisi yang untuk orang yang saya sayangi, untuk seseorang
yang belum pernah saya melihatnya, untuk orang yang telah berjasa dalam hidup
saya ini. Puisi ini hanya untukmu ibu.
MENGENANGMU….IBU
Ibu…
Terima kasih aku ucapkan kepadamu…
Meski aku tak pernah melihatmu,
Namamu terukir indah di hati ini…
Ibu…
Ingin aku melihat senyummu
Ingin aku mengecup tanganmu
Ingin aku menyapamu
Ingin aku memelukmu
Tapi aku tidak bisa
Karena takdir telah berkata lain
Semoga engkau bahagia di sisi-Nya
Ibu…
Aku mencintaimu
Aku rindu padamu
Semoga engkau tersenyum bahagia di sana…
Karena pengorbanan besarmu, kini aku bisa hidup…
Ibu…
Maafkan aku
Yang tak bisa membalas sedikitpun pengorbananmu itu….
Ibu….
doaku selalu untukmu…
Demikian sajalah catatan untuk kesempatan kali ini.
Terima kasih saya ucapkan buat temen-temen yang sudah menyempatkan
waktunya untuk membaca catatan nggak bermutu ini. Semoga bisa diambil
hikmahnya.
(Denny Setiawan___16 Oktober 2010)
No comments:
Post a Comment