“Tetap istiqomah, Ukhti. Selamat berjuang. Semoga Allah menyertai
anti.”
Sender : Ikhwan +62817xxx
Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada
hangat menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun
sekejap bertanya, ”Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang karena ada
saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya cepat-cepat. Dan ia
bergegas meninggalkan kamarnya, ada dauroh. Ia berlari sambil membawa sekeping
rasa bahagia membaca SMS tadi yang sebagian besar bukan karena isinya,
melainkan karena nama pengirimnya.
“Ana lagi di bundaran HI, Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan
ini.”
Sender : Ikhwan +628179823xxx
Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan
atau akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat, entah
di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga menjadi
perempuan yang terpilih yang di-SMS-nya.