Monday, February 25, 2013

Ala Fahri "Ayat-Ayat Cinta"


Merantau lagi
Sudah dua bulan lebih saya berada di pulau seberang. Merasakan (lagi) suasana baru setelah sekitar 3,5 tahunan terakhir saya habiskan (juga) dengan hidup jauh dari rumah di kampung halaman. 

Ceritanya pertengahan bulan desember tahun 2012 kemarin untuk pertama kalinya saya menginjakan kaki di Pulau Sumatera yaitu di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Tujuan saya bisa ada di Palembang adalah untuk urusan kerjaan. Alhamdulillah, saya bisa merantau untuk yang ketiga kalinya di tiga provinsi yang berbeda. Perantauan sebelumnya saya tinggal di Tangerang, Banten selama 3 tahun untuk kuliah. Kemudian lanjut tinggal Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta selama 7 bulanan untuk magang. Terakhir, sekarang saya berada di Kota Palembang, Sumatera Selatan untuk bekerja. Saya sendiri aslinya berasal dari Kab. Kuningan, Jawa Barat.


Kesan pertama yang saya rasakan saat saya berada di Palembang adalah cuacanya yang lumayan panas. Sebenarnya nggak nyaman juga siang malem cuaca panas. Untuglah saya sudah agak terbiasa dengan udara panas yang saya “nikmati” saat saya hidup di Jakarta. Ditambah lagi saat ini memang lagi musim hujan. Jadi panasnya Kota Palembang bisa sedikit teredam dengan dinginnya suhu udara saat hujan.
Saya ke Palembang tidak sendirian, tapi bersama 19 teman lainnya yang juga sama-sama mendapatkan tugas bekerja di Palembang. Diantara 19 orang teman saya itu, lima diantaranya adalah orang asli Sumatera Selatan. Satu orang berasal dari Kab. Lahat dan empat orang asli orang Palembang. Sisanya ada yang berasal dari Bengkulu, Sumatera Utara, dan kebanyakan dari Pulau Jawa.

Foto bersama pas awal-awal kedatangan kami di kantor.

Jauh-jauh hari sebelum kami berangkat ke Palembang, hal pertama yang terpikirkan adalah masalah tempat tinggal. Setelah diobrolkan bareng-bareng, kami memutuskan untuk mencari-cari kosan di sekitaran kantor. Alasan kami nyari kosan yang deket-deket kantor adalah berhubung memang kami belum hapal medan dan biar nyaman aja punya kosan deket kantor. Jadi kan perjalanan ke kantor pun bisa lebih singkat. Kalaupun kedepannya harus pindah-pindah kosan, itu mah urusan nanti, yang penting kami punya tempat tinggal dekat kantor dulu--pikiran saya dan temen-temen waktu itu--.

Diantara kami berdua puluh, tidak semuanya membutuhkan kosan. Empat teman kami yang asli orang Palembang sudah tidak perlu kos lagi. Wong orang asli Palembang juga. Jadi sisanya (termasuk saya) ada enam belas orang yang perlu kosan. Akhirnya dengan bantuan teman kami yang asli orang Palembang inilah kami mendapatkan kosannya meskipun kosannya harus terpencar-pencar. Saya sendiri sekosan bareng Amirul, Agus, Ishaq, Nadia, Tino, Cahyo, Satria, dan Mandala. Sementara teman saya yang lainnya kosannya beda-beda tempat. Naufal sekosan dengan Dheni, Mas Erwin dengan Evan, Maria dengan Gebi, dan Heru terpisah sendiri.

Oia, sedikit gambaran tentang kosan yang saya tempati. Pembayaran sewa kosnya itu dilakukan per bulan. Dari segi keamanan lokasi; alhamdulillah cukup aman dan jarak ke kantor pun relatif dekat (jalan kaki paling butuh beberapa menit saja). Kemudian fasilitas kamarnya oke punya; ada ac, kamar mandi, full wifi, tipi disediain tiap kamar, dan kasur springbed. Terus ada jasa laundry-nya (gratis pula), listrik per bulan juga nggak perlu bayar lagi, dan warung makan juga tersedia. Wohoooo....kos-kosan kok udah kayak hotel aja pelayanannya. Ada yang bisa menebak berapa biaya yang perlu saya keluarkan untuk harga kosan selama satu bulan?haha... Sudahlah nggak perlu dibahas, saya sendiri cuman bisa nyengir kuda pas dikasih tahu harga itu kosan selama satu bulan.

Menikmati senja di Sungai Musi sembari melihat dari dekat salah satu ikon Sumatera Selatan, Jembatan Ampera.

Singkat cerita kami hanya bertahan satu bulan saja di kosan itu. Lha, kok bisa? Dengan banyak pertimbangan setelah kami berembug akhirnya kami memutuskan untuk mengontrak rumah saja. Setelah mencari-cari beberapa referensi rumah yang bisa kami kontrak, dapatlah kami rumah kontrakan meskipun lokasinya cukup jauh dari kantor. But, Its OK. No problemo!!!

Mengontrak rumah
Memasuki bulan kedua, kami punya rumah kontrakan baru. Jadinya hanya berdelapan saja yang mengontrak rumah, minus Nadia. Secara Nadia cewek, jadi nggak mungkin kan gabung satu atap rumah dengan kami para pria. Sementara, temen-temen saya yang lainnya pada ngekos dengan berlainan tempat. 

Ini dia senyuman khas temen-temen satu kontrakan. Foto saya yang di dengah ya. *uhuk...uhuk..

Sekilas tentang spek rumah kontrakan baru kami kira-kira begini:
2 kamar ukuran sedang (diisi masing-masing 2 orang)
1 kamar ukuran besar (diisi 4 orang – hahaha)
1 ruang tv + tv-nya
1 ruang tengah
1 dapur
2 kamar mandi
1 ruang cuci baju – cuci piring
dan, yang mantep itu ada teras depan buat duduk-duduk dan halaman yang luas, kira-kira seluas lapangan bulutangkis lah. Mantap kan, asik tuh buat party! ;)

Ini adalah pengalaman pertama saya mengontrak rumah rame-rame. Seru juga ternyata. Kalo mau dimirip-miripin, suasananya ibarat di kehidupannya tokoh Fahri pada novel Ayat-ayat Cinta.—hehe. Ada kepala rumah tangganya, ada pembagian tugas rumah sehari-hari, sampe ada semacam “kerja bakti” beres-beres seisi rumah tiap akhir pekan.

Tokoh Fahri dalam film-nya Ayat-Ayat Cinta

Hari-hari yang kami jalani pun nggak kalah serunya. Pergi beramai-ramai ke kantor, berjamaah shalat di mesjid, maen futsal, nonton bola, bikin list kebutuhan pribadi, bikin list untuk kebutuhan bersama, masak-masak di dapur, dan yang lebih yahud lagi adalah saat makan-makan bareng. Ah, indahnya kebersamaan.
Dari kiri ke kanan: Amirul, Cahyo, Tino, Satria, Ishaq, Agus, dan Mandala. Berfoto dulu sebelum berangkat ngantor. 


Sekarang, kebersamaan kami masih berlanjut. Saya berharap kebersamaan ini bisa benar-benar layaknya dalam  cerita kehidupan seorang Fahri di novelnya Ayat-Ayat Cinta. Kebersamaan yang dibarengi dengan ketaatan kepada Sang Pemilik Cinta. Kedengarannya terlalu mengada-ada memang. Ah, biarlah.

Saya kira cukup cerita saya kali ini. Terima kasih sudah mau membacanya.

Salam Dangdut!! (^_^) 

Sumber foto: diambil dari sini dan juga koleksi pribadi


*

6 comments:

  1. moga menang, kak :D btw, memang kalo kontrak lebih murah dibanding ngekos xD *pengalamanku juga gitu dulu*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betol...betol...betol... Mengontrak rumah emang lebih murah. Kerasa banget bedanya. ;p

      Delete
  2. wah, kisah yang menyenangkan ...
    Saya juga berharap bisa berpergian keliling indonesia
    Tapi bukan karena alasan pekerjaan , hehe

    Di tunggu nih cerita selanjutnya
    ^_^

    Salam kenal, saya pemilik blog rastor72.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha...salam kenal juga ya abang programer. >,<

      Delete
  3. Maksa banget deh dimirip2in sama Fahri -__-" :D

    Makasih udah ikutan GA-nya. Ditunggu ya pengumumannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe...iya mbak. Emang maksa banget tuh judul. Kesannya lebay...haha.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
a>