Merantau lagi
Sudah dua bulan lebih saya berada di pulau seberang.
Merasakan (lagi) suasana baru setelah sekitar 3,5 tahunan terakhir saya
habiskan (juga) dengan hidup jauh dari rumah di kampung halaman.
Ceritanya pertengahan bulan desember tahun 2012 kemarin untuk
pertama kalinya saya menginjakan kaki di Pulau Sumatera yaitu di Kota
Palembang, Sumatera Selatan. Tujuan saya bisa ada di Palembang adalah untuk
urusan kerjaan. Alhamdulillah, saya bisa merantau untuk yang ketiga kalinya di
tiga provinsi yang berbeda. Perantauan sebelumnya saya tinggal di Tangerang,
Banten selama 3 tahun untuk kuliah. Kemudian lanjut tinggal Jakarta Timur,
Provinsi DKI Jakarta selama 7 bulanan untuk magang. Terakhir, sekarang saya
berada di Kota Palembang, Sumatera Selatan untuk bekerja. Saya sendiri aslinya
berasal dari Kab. Kuningan, Jawa Barat.
Kesan pertama yang saya rasakan saat saya berada di Palembang
adalah cuacanya yang lumayan panas. Sebenarnya nggak nyaman juga siang malem
cuaca panas. Untuglah saya sudah agak terbiasa dengan udara panas yang saya
“nikmati” saat saya hidup di Jakarta. Ditambah lagi saat ini memang lagi musim
hujan. Jadi panasnya Kota Palembang bisa sedikit teredam dengan dinginnya suhu
udara saat hujan.
Saya ke Palembang tidak sendirian, tapi bersama 19 teman
lainnya yang juga sama-sama mendapatkan tugas bekerja di Palembang. Diantara 19
orang teman saya itu, lima diantaranya adalah orang asli Sumatera
Selatan. Satu orang berasal dari Kab. Lahat dan empat orang asli orang
Palembang. Sisanya ada yang berasal dari Bengkulu, Sumatera Utara, dan kebanyakan dari Pulau Jawa.
Foto bersama pas awal-awal kedatangan kami di kantor. |
Jauh-jauh hari sebelum kami berangkat ke Palembang, hal
pertama yang terpikirkan adalah masalah tempat tinggal. Setelah diobrolkan
bareng-bareng, kami memutuskan untuk mencari-cari kosan di sekitaran kantor. Alasan
kami nyari kosan yang deket-deket kantor adalah berhubung memang kami belum
hapal medan dan biar nyaman aja punya kosan deket kantor. Jadi kan perjalanan
ke kantor pun bisa lebih singkat. Kalaupun kedepannya harus pindah-pindah
kosan, itu mah urusan nanti, yang penting kami punya tempat tinggal dekat
kantor dulu--pikiran saya dan temen-temen
waktu itu--.
Diantara kami berdua puluh, tidak semuanya membutuhkan kosan.
Empat teman kami yang asli orang Palembang sudah tidak perlu kos lagi. Wong
orang asli Palembang juga. Jadi sisanya (termasuk saya) ada enam belas orang
yang perlu kosan. Akhirnya dengan bantuan teman kami yang asli orang Palembang
inilah kami mendapatkan kosannya meskipun kosannya harus terpencar-pencar. Saya
sendiri sekosan bareng Amirul, Agus, Ishaq, Nadia, Tino, Cahyo, Satria, dan
Mandala. Sementara teman saya yang lainnya kosannya beda-beda tempat. Naufal
sekosan dengan Dheni, Mas Erwin dengan Evan, Maria dengan Gebi, dan Heru terpisah
sendiri.
Oia, sedikit gambaran tentang kosan yang saya tempati. Pembayaran
sewa kosnya itu dilakukan per bulan. Dari segi keamanan lokasi; alhamdulillah
cukup aman dan jarak ke kantor pun relatif dekat (jalan kaki paling butuh
beberapa menit saja). Kemudian fasilitas kamarnya oke punya; ada ac, kamar
mandi, full wifi, tipi disediain tiap kamar, dan kasur springbed. Terus ada
jasa laundry-nya (gratis pula), listrik per bulan juga nggak perlu bayar lagi, dan
warung makan juga tersedia. Wohoooo....kos-kosan kok udah kayak hotel aja
pelayanannya. Ada yang bisa menebak berapa biaya yang perlu saya keluarkan
untuk harga kosan selama satu bulan?haha... Sudahlah nggak perlu dibahas, saya
sendiri cuman bisa nyengir kuda pas dikasih tahu harga itu kosan selama satu
bulan.
Menikmati senja di Sungai Musi sembari melihat dari dekat salah satu ikon Sumatera Selatan, Jembatan Ampera. |
Singkat cerita kami hanya bertahan satu bulan saja di kosan
itu. Lha, kok bisa? Dengan banyak pertimbangan setelah kami berembug akhirnya
kami memutuskan untuk mengontrak rumah saja. Setelah mencari-cari beberapa
referensi rumah yang bisa kami kontrak, dapatlah kami rumah kontrakan meskipun
lokasinya cukup jauh dari kantor. But, Its OK. No problemo!!!
Mengontrak rumah
Memasuki bulan kedua,
kami punya rumah kontrakan baru. Jadinya hanya berdelapan saja yang mengontrak
rumah, minus Nadia. Secara Nadia cewek, jadi nggak mungkin kan gabung satu atap
rumah dengan kami para pria. Sementara, temen-temen saya yang lainnya pada
ngekos dengan berlainan tempat.
Ini dia senyuman khas temen-temen satu kontrakan. Foto saya yang di dengah ya. *uhuk...uhuk.. |
Sekilas tentang spek rumah kontrakan baru
kami kira-kira begini:
2 kamar ukuran sedang (diisi masing-masing 2
orang)
1 kamar ukuran besar (diisi 4 orang – hahaha)
1 ruang tv + tv-nya
1 ruang tengah
1 dapur
2 kamar mandi
1 ruang cuci baju – cuci piring
1 kamar ukuran besar (diisi 4 orang – hahaha)
1 ruang tv + tv-nya
1 ruang tengah
1 dapur
2 kamar mandi
1 ruang cuci baju – cuci piring
dan, yang mantep itu
ada teras depan buat duduk-duduk dan halaman yang luas, kira-kira seluas
lapangan bulutangkis lah. Mantap kan, asik tuh buat party! ;)
Ini adalah pengalaman pertama saya mengontrak rumah rame-rame.
Seru juga ternyata. Kalo mau dimirip-miripin, suasananya ibarat di kehidupannya
tokoh Fahri pada novel Ayat-ayat Cinta.—hehe.
Ada kepala rumah tangganya, ada pembagian tugas rumah sehari-hari, sampe ada
semacam “kerja bakti” beres-beres seisi rumah tiap akhir pekan.
Tokoh Fahri dalam film-nya Ayat-Ayat Cinta |
Hari-hari yang kami jalani pun nggak kalah serunya. Pergi
beramai-ramai ke kantor, berjamaah shalat di mesjid, maen futsal, nonton bola,
bikin list kebutuhan pribadi, bikin list untuk kebutuhan bersama, masak-masak
di dapur, dan yang lebih yahud lagi adalah saat makan-makan bareng. Ah,
indahnya kebersamaan.
Dari kiri ke kanan: Amirul, Cahyo, Tino, Satria, Ishaq, Agus, dan Mandala. Berfoto dulu sebelum berangkat ngantor. |
Sekarang, kebersamaan kami masih berlanjut. Saya berharap kebersamaan
ini bisa benar-benar layaknya dalam
cerita kehidupan seorang Fahri di novelnya Ayat-Ayat Cinta. Kebersamaan
yang dibarengi dengan ketaatan kepada Sang Pemilik Cinta. Kedengarannya terlalu
mengada-ada memang. Ah, biarlah.
Saya kira cukup cerita saya kali ini. Terima kasih sudah mau membacanya.
Salam Dangdut!! (^_^)
Sumber foto: diambil dari sini dan juga koleksi pribadi
*
moga menang, kak :D btw, memang kalo kontrak lebih murah dibanding ngekos xD *pengalamanku juga gitu dulu*
ReplyDeleteBetol...betol...betol... Mengontrak rumah emang lebih murah. Kerasa banget bedanya. ;p
Deletewah, kisah yang menyenangkan ...
ReplyDeleteSaya juga berharap bisa berpergian keliling indonesia
Tapi bukan karena alasan pekerjaan , hehe
Di tunggu nih cerita selanjutnya
^_^
Salam kenal, saya pemilik blog rastor72.blogspot.com
haha...salam kenal juga ya abang programer. >,<
DeleteMaksa banget deh dimirip2in sama Fahri -__-" :D
ReplyDeleteMakasih udah ikutan GA-nya. Ditunggu ya pengumumannya.
hehe...iya mbak. Emang maksa banget tuh judul. Kesannya lebay...haha.
Delete