Sunday, May 4, 2014

Ana Uhibbuki Fillah



Cinta memang tidak datang tiba-tiba, juga tidak dapat padam seketika. Cinta adalah bumbu kehidupan yang menjadikan indahnya perjalanan hidup manusia. Cinta bukanlah tujuan dari keberadaan manusia di dunia, bukan juga akhir perjuangan di alam fana. Cinta hanyalah kendaraan untuk meraih kebahagiaan sejati, yaitu keridhaan Allah untuk mendapatkan surga, yang luasnya seluas langit dan bumi.

Ingin rasanya saya curhat di sini tentang cinta, securhat-curhatnya. Sepuas-puasnya. Tapi…ah, yang pribadi-pribadi amat rasanya kurang elok jugo kalau saya umbar-umbar. Cukup saya, dia, dan DIA yang tahu.  Bukan begitu?

Baiklah….teman-temin. Saya hanya ingin sedikit bercerita…. Kemarin-kemarin (kisaran sebulanan yang lalu lah)  ada seorang sahabat saya, yang sampai menangis-nangis karena cinta. Dia bilang tentang banyak hal mengenai perjalanan cintanya dengan sang pujaan hati. Namun naas, cintanya tidak kesampaian

Kedekatannya selama ini harus terkubur oleh suatu kejadian pahit. Sang gadis pujaannya dikhitbah pria lain. Terang saja, dia sampai agak down. Malem-malem dia datang ke kosan saya dengan mata agak sembab. Diajaknya saya keluar, ke sebuah masjid. Dia bilang dia butuh teman curhat. Runtutan kisahnya dia ceritakan satu per satu. Tentang si dia yang menurutnya juga punya rasa yang sama dengannya, tentang  teman-temannya yang selama ini sudah tahu kedekatannya dengan si akhwat, tentang perasaan dia sewaktu tahu kalau si akhwat mau di khitbah pria lain, tentang kisah cintanya di masa lalu… Tentang ini dan tentang itu… tentang apapun yang ada sangkut pautnya sama si akhwat…. 

Saya bisa merasakan apa yang dia rasakan, saya mencoba memposisikan saya seperti dia. Saya waktu itu membayangkan akhwat yang saya cinta dikhitbah oleh pria lain. Kemudian menikah, sementara saya hanya tersenyum pilu penuh penyesalan melihat foto-foto dia terpampang di facebook sembari dia   tersenyum bahagia dengan mempelai pria lain, bersanding mesra di pelaminan. Terlebih itu terjadi karena saya sendiri yang tak berani mengungkapkan isi hati saya padanya seperti halnya yang sedang teman saya alami ini. Oh……sepertinya itu akan menjadi penyesalan yang tak terlupakan seumur hidup.

Waktu itu, di sela-sela curhatnya, dia memberi nasihat kepada saya. “Den, kalau misalnya ada akhwat yang kamu suka, tak usahlah kamu malu-malu bilang padanya. Jangan sampai den, kamu mengalami apa yang saya alami.” Ungkapnya…

Saya hanya mendengarkan sama sesekali menguatkan. “Duhai gusti…..sampai sebegitu menderitakah orang yang putus cinta?” Ucapan saya dalam hati waktu itu.

Ah, cukup menyakitkan mungkin.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
a>