Sedikit mengisi
postingan blog saja, saya mau cerita-cerita nii tentang perjalanan hidup saya di
perantauan.
Langsung to the
point aja ya....
Dulu itu bawaannya males aja kalo udah
ngomongin naik gunung. Soalnya temen-temen suka cerita-cerita yang nggak jelas
gitu deh, tentang orang yang hilang pas naik gunung lah, di sana ketemu sama
nenek-nenek misterius lah, banyak binatang buas lah, trus juga katanya suka ada
pendaki yang meninggal pas lagi mendaki. Apalah pokoknya yang syerem-syerem.
Hadeh...saya kan jadinya enggan naik
gunung. Herannya meski begitu, saya bermimpi kalau kelak suatu saat nanti saya
pasti bisa naik gunung sampai ke puncaknya. Entah gunung mana pun itu.
Setelah penantian yang cukup panjang akhirnya angan-angan
saya yang nomor dua itu bisa terwujud. Gunung manakah gerangan yang saya
daki? Gunung yang saya daki tersebut
adalah Gunung Dempo dan Merapi yang ada di Sumatera Selatan. Yeaah...dream comes true!!!
Awal ceritanya saya bisa naik Gunung Dempo ini adalah hasil
penempatan kerja tempo hari. Setelah fix saya dapet penempatan kerja di
Sumatera Selatan, saya tanya-tanya tentang Sumsel ke temen sekampus (*temen yang
berasal dari Sumsel tentunya). Mulai dari kondisi lingkungannya, makanan yang
enak-enak, tempat wisata, sampai tanya tentang gunung yang ada di Sumatera
Selatan ini. Dan gunung yang mereka bilang itu adalah Gunung Dempo.
Tring....tring....tring....langsung deh saya pasang agenda, saya rancang
rencana mendaki gunung itu bareng temen-temen yang suka naik gunung. Kebetulan
tuh menjelang Natal, ada hari libur ngantor beberapa hari. Jadinya saya dan
temen-temen nggak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Oia, sekilas info aja nii tentang Gunung Dempo. Gunung
ini terletak di perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu
dengan ketinggiannya mencapai 3.159 mdpl. Untuk mencapai desa terdekat, kita terlebih
dahulu harus mencapai Kota Pagar Alam. Kalau dari palembang (*berdasarkan
pengalaman saya kemaren) dibutuhkan waktu kira-kira 8 jam dengan naik travel.
Kota Pagar Alam sendiri memang sesuai dengan namanya.
Kota ini jelas dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi
dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung yang sangat indah menjulang
tegak menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari. Belum lagi desa
terdekat dengan gunung yang tersaji hamparan hijau perkebunan teh-nya yang
wooow banget gan. Keren view-nya.
Pendakian Yang Ditunggu-tunggu
Pada hari itu, jumat tanggal 21 desember 2012, saya
beserta 4 kawan saya (Erwin Ikal
Tarzani, Dheni Hardiyanto, Naufal, dan Meka) berangkat dari Kota Palembang
menuju Kota Pagar Alam. Waktu yang kami tempuh menuju Kota Pagar Alam dari kota
Palembang adalah sekitar 8 jam lebih. Dari Palembang kami berangkat jam 7 malam
(naik travel) dan nyampe sana pada hari sabtu sekitar jam 03.10 dini hari
(waktu itu kami turun dekat Pabrik Teh PTPN). Berhubung hari masih gelap, kami
menginap di rumahnya bapak Anton yang akrab kami panggil dengan sebutan Ayah. Baru
paginya, hari sabtu sekitar jam 7 pagi kami berangkat mendaki Gunung Dempo dan
Merapi.
Kami sebenarnya tidak hanya berlima, tapi total
bertujuh. Dua teman kami (puspitasari “palpi” dan Melina “kucir”) sebelumnya
sudah lebih dulu menuju Kota Pagar Alam dan kami memang sudah janjian untuk
ketemuan di sana.
Dari kiri ke kanan: Ikal, Kucir, Saya, Dheni Hardiyanto, Palpi, Naufal, dan Meka |
Sebelum menuju pintu rimba yang bisa dikatakan sebagai
titik awal pendakian, dengan bantuan ayah Anton, kami bertujuh sempat menaiki
mobil truk menuju ke desa terdekat dari kaki Gunung Dempo karena jalannya cukup
terjal dan berkelok dengan melewati hamparan kebun teh nan hijau. Waktu yang
kami butuhkan menuju perkampungan terdekat dari kaki gunung dempo itu sekitar
30 menitan.
Setelah nyampe di perkampungan terdekat kaki gunung,
kami bertujuh sempat sarapan dulu di sebuah warung. Warungnya itu udah kayak
semacam basecamp gitu. Di sana kami bertemu dengan banyak
pendaki lainnya juga yang kebanyakan orang Sumatera Selatan. Nah, salah satu di
antaranya adalah rombongan pendaki mahasiswa Unsri yang berjumlah tujuh orang
pula. Mereka inilah yang nantinya selama pendakian menjadi semacam guide bagi
kami. ;p
Singkat cerita,
Eng...ing...eng...pagi itu pendakian pun dimulai.
Bisa dikatakan ini adalah pendakian terberat yang pernah
saya alami. Hmmm..tapi rasanya cukup janggal saya bilang yang terberat. Orang saya
belum pernah naik gunung juga.hihi... Medannya itu lho. Ya ampun, ini mah bukan
hanya mendaki gunung tapi emang bener-bener memanjat gunung. Sangat terjal,
tanah becek yang lengket, akar-akar pohon, pohon-pohon tua nan besar yang
menghalangi jalan setapak pendakian, rerimbunan “rungkun” pepohonan, batuan
cadas dan semacamnya. Hadoooh....capek sangat, kakak. Sudah kebayang lah
pastinya bagaimana capeknya naik gunung.
Selangkah demi selangkah kami tapaki pendakian ini.
Nafas semakin lama semakin ngos-ngosan. Berkali-kali kami bertujuh dan tujuh
orang rombongan kawan baru kami berhenti sejenak di tengah-tengah pendakian
karena ada salah satu teman kami yang cedera jadi dan seringkali tertinggal di
belakang kami. Atas nama kebersamaan (*halah), kami menunggu teman kami yang
tertinggal sambil beristirahat.
Oia, di tengah-tengah perjalanan kami juga sempat
dikejutkan dengan serangan lebah. Saya pun kena sengatannya di lengan kanan
dekat sikut. Teman lainnnya pun kena. Palpi, Kucir, Dheni Hardiyanto, dan yang
paling parah adalah Naufal. Dia disengat di empat titik. Kepala, jari
kelingking, paha, dan kaki bagian betis. Kecuali Ikal dan Meka. Mereka berdua
selamat sentosa dari “ulah” lebah itu. Ada-ada saja. Selain itu juga, di tengah
perjalanan kami kehujanan. Jadilah basah kuyup badan saya. Udah mah badan capek,
basah kuyup, disengat lebah, dan bawa barang bawaan berat pula. Hadoooh...
Mengenaskan...hiks.
Pendakian kami ini tidak sesuai target awal. Dari perkiraan
sore hari mencapai puncak, ternyata kami hanya baru nyampe shelter 2 pas
deket-deket menjelang magrib. Jadinya demi keselamatan, kami berempat belas
membikin tenda dulu di shelter 2. Sementara perjalanan menuju peuncak gunung
biarlah dilanjutkan esok hari.
Kami bertujuh bener-bener berterima kasih sama tujuh orang rombongan kawan baru kami itu.
Mereka membikin dua tenda, dan salah satu tendanya direlakan buat kitorang.
Karena rombongan kami terdiri dari 3 wanita dan 4 pria, jadinya kami membutuhkan
dua tenda. Waktu itu kami hanya baru bikin 1 tenda sementara lahannya untuk
bikin tenda sudah tidak memungkinkan lagi dan hari pun sudah semakin gelap. Syukurlah
mereka berbaik hati membantu kami. ;)
Menginap di
gunung
Inilah pengalaman pertama saya menginap di tengah-tengah
gunung. Waktu itu hari sabtu (22 Desember 2012), alias malam minggu. Di saat
yang lainnya mungkin sedang bercengkrama dengan kasur empuknya, di saat di
tempat nan jauh di sana orang-orang seusia saya mungkin sedang bermalam
mingguan--memadu kasih dengan sang belahan hati, di saat yang lainnya mungkin
tidur bertemankan selimut hangat, saya sedang menggigil kedinginan. Hadeh.....dinginnya
kagak nahan gan. Mana alas yang kami tiduri kagak ada empuk-empuknya pula.
Dan itu diperparah dengan sarung tangan saya yang
kebasahan karena kehujanan, jaket satu-satunya
pun basah, baju hangat di tas ternyata
basah juga, termasuk ciput alias penutup kepala
saya ikut-ikutan kena basah. Alamak...akhirnya saya tidur cuman pake
baju lengan pendek+trainning+kaos kaki cadangan saya yg masih kering, nggak
pake sarung tangan dan ciput. Sampe gemeteran ini badan nahan dinginnya udara
gunung. Bukan hanya udaranya yang dingin, malam itu emang turun hujan juga.
Meskipun hujannya juga nggak lebat-lebat banget, ya jadinya tetep aja efeknya
dingin kuadrat. T_T
Untungnya, ada sleeping bag. Lumayan juga sebagai
penahan dingin.
Keesokan harinya.....
Kami
packing-packing tenda. Siap-siap melanjutkan perjalanan menuju puncak. Sekitar
jam setengah sembilanan kami memulai perjalanan. Selama packing-packing tak
sedikit rombongan pendaki yang melewati tenda kami. Fiuh....kerasa banget
kebersamaannya diantara sesama pendaki. Meskipun kami ini tidak saling mengenal
tapi serasa sudah akrab sekali.
Singkat
cerita....akhirnya tidak terasa pendakian itu mencapai puncaknya. Detik-detik
pencapaian puncak gunung begitu mengharukan (*lebaaaay). Mimpi saya untuk menginjak
puncak tertinggi sebuah gunung benar-benar terwujud. Puncak tertinggi tanah bumi sriwijaya menjadi
saksinya. Wohooo.....akhirnya. T_T
Setelah nyampe
puncak Gunung Dempo itu kami menuruni
lembah menuju tempat yang mereka sebut pelataran. Nggak terlalu lama sekitar 15
menitan jalan santai dari puncak tertinggi Dempo sudah bisa nyampe. Tempat itu
semacam daratan yang agak luas yang di kelilingi bukit-bukit. Salah satu
bukitnya itu adalah Gunung Merapi. Ehem...dapet bonus nii. Di pelataran inilah
kami membuat tenda lagi. Berhubung hari juga sudah sore. Jadinya kami putuskan
untuk menginap semalam lagi di gunung ini. Sebenernya sore itu juga saya
kepengen langsung mendaki merapi. Tapi sayang hari itu hujan disertai kabut,
hingga nggak memungkinkan banget buat naik merapi.
ayeeeey....nyampe juga puncak tertinggi Gunung Dempo. Fiuuuh...penantian panjang. |
Barulah keesokan
harinya sebelum turun gunung, saya sempatkan untuk menaiki (bukit) gunung
merapi itu. Cukup setengah jam saja saya sudah mencapai puncaknya. Dan lagi-lagi
wooow....pemandangan indah saya lihat. Kawah gunung merapi berwarna hijau
kinclong nan elok dipandang terlihat begitu anggun. Langsung dah, naluri untuk
foto-foto saya kumat. Berjepret-jepret ria.wkwkwk... Asli kereeen banget.
Pemandangan kawah Gunung Merapi berwarna hijau muda. Cindo!!!! |
Seperti itulah
kira-kira pembaca sekalian, cerita pengalaman saya mendaki Gunung Dempo. Apakah
ada di antara para pembaca yang sudah mendaki Gunung Dempo juga? Kalo yang
belum pernah naik Gunung Dempo, barangkali penasaran...silakan untuk
mencobanya. ;D
Saya sangat
bersyukur dapat pengalaman ini. Rasanya luar biasa!!! Bener-bener dream comes true!!!! Alhamdulillah...Terima kasih ya Rabb, terima kasih
kawan sependakian, terima kasih Gunung Dempo, terima kasih semuanya. Sampai
berjumpa di pengalaman dahsyat berikutnya. n_n
##END##
Salam kenal masbro,
ReplyDeletesaya lagi gogling info soal pendakian gunung dempo, nyampe ke blog ini deh
Ga taunya STANers juga *sempit sekali dunia ini hehehe*
Nice post :)
haha...oke bro. Selamat mendaki Gunung Dempo. ;p
Delete